Sahabat, sebuah kata yang benar-benar mudah
diucapkan, tapi jika kamu ingin mencarinya, ini akan menjadi hal yang
sangat amat susah. Sudah berkali-kali saya mencoba mencari seorang atau
beberapa sahabat, tapi ternyata sangat susah. Akhirnya saya menemukan dua sahabat
yang benar-benar mengerti saya, dan saya harap, mereka tak seperti
sahabat-sahabat saya terdahulu dan saya juga berharap kami dapat menjadi
sahabat selamanya.
Sewaktu SD, saya "
bersahabat " dengan seseorang yang saya harap bisa menjadi sahabat saya
selamanya, tapi ternyata tidak, ada sesuatu yang ia harapkan ketika
menjadi sahabat saya.
Saya adalah
orang yang paling tidak suka akan adanya dominasi ( meskipun saya
sebenarnya suka mendominasi :p ), bahkan sejak kecil pasti saya akan
memberontak jika hal ini terjadi. Semasa SD, saya pernah mempunyai
teman, yang suka menjadi " BOSS " dan sesuka hatinya memperlakukan orang
lain. Namun, saya tak mendengar " perkembangan " perilakunya setelah
saya diterima dikelas unggulan kecamatan, yang mengharuskan saya untuk
pindah sekolah dan meninggalkan teman-teman lama saya.
Setahun
mencari ilmu di kelas unggulan, nilai saya merosot, dan orang tua saya
memutukan saya akan kembali belajar dikelas reguler. Saya masih
mengingat smuanya, kala itu tahun ajaran baru, dan saya mendapat laporan
dari " sahabat " saya tentang perkembangan perilaku " BIG BOSS ".
Selama saya bersekolah dikelas unggulan, berturut-turut dia merebut
posisi saya sebagai ketua kelas, dan ketika saya kembali jabatan itu
langsung kembali pula kepada saya, bukan karena apa-apa, tapi memang
perolehan suara kami jauh perbandingannya. Ketika itu, dengan gak
pentingnya dia memberikan selamat " Selamat y mbak ( waktu itu semua
teman SD saya memang memanggil saya dengan sebutan " Mbak " ) kamu pasti
seneng banget " ( hello, sapa juga yang mau jadi ketua kelas yang
artinya harus disuruh-suruh dan sebagainya SETIAP HARI )
Saya
pun segera beraksi ketika saya melihat sendiri bagaimana perlakuanya
terhadap seorang teman saya, saya meninggalkannya dan diikuti
teman-teman saya juga ( ternyata mereka butuh seseorang untuk melakukan
sebuah perubahan ). Saat itu, " BIG BOSS " tak mempunyai teman dan tak
ada yang mau menjadi temannya, ada rasa kasihan dalam hati saya, tapi
biarlah dia sedikit mendapat " pelajaran " karena itu sangat perlu untuk
seseorang seperti dia. Suatu hari, dia mendatangi saya dan menangis,
dia berkata, karena saya kembali dia kehilangan semuanya. Tapi
sebenarnya apa yang saya rebut?
Saya
tak pernah merebut apapun darinya, malah dia sendiri yang secara tidak
langsung telah membuangnya, menyia-nyiakan semua yang telah dia punya.
Dan kala itu, saya tak menghiraukannya. Saya ingin dia berubah, dan
benar secara perlahan dia berubah, dia mulai mau bersikap " baik "
kepada orang lain.
Tapi bukan dia yang
ingin saya ceritakan. Setelah perubahan yang telah saya lakukan, saya
menjadi cukup " wah " dikalangan teman-teman saya, hingga " sahabat "
saya mendekat. Kala itu saya tak pernah curiga dan memang tak ingin
berprasangka buruk, karena dia begitu baik dan saya memang berharap kami
akan bersahabat selamanya.
Tapi apa
yang terjadi, ketika kami SMP, dia mulai menjauhi saya dan dia menjadi "
sahabat " ketua OSIS kami, bahkan dia menjelek-jelekkan dan meremehkan
kemampuan saya berorganisasi didepan orang banyak. Ternyata baginya,
persahabatan hanyalah siapa yang bisa membuatnya menjadi seseorang yang
terkenal dan mempunyai sebuah nama.
Tapi tetap saya yang " lebih " darinya. " SAHABAT " baru saya ternyata lebih berpengaruh, dan membuat dia terkucilkan.
Apa
yang telah dia lakukan membuat saya benar-benar kecewa, dan saya
berharap dia dapat merubah penilaiannya tentang makna seorang sahabat.
Karena sahabat bukanlah sebuah alat, sahabat adalah jiwa kita dan
merekalah yang akan mampu menopang kita saat kita rapuh.
repost from sahabat part 1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar