Rabu, 01 Januari 2014

Sahabat Itu . . .

Aku adalah seorang gadis yang dalam hidupnya dipenuhi rasa takut, ada banyak hal yang aku takutkan. Bahkan beberapa hal sepelepun masih saja aku takutkan dan menjadi beban dalam hidupku. Padahal umurku sudah tidak bisa dibilang lagi sebagai remaja, dua puluh satu tahun? Remaja? Mungkin pada tahun 2003 dan telah berakhir dua tahun lalu . Hari inipun tak ada yang bisa aku kerjakan, liburan semester ini, sama seperti liburan-liburan semester lainnya, tak ada yang bisa kulakukan. Mungkin satu setengah bulan ini akan aku habiskan untuk melamun dan melamun. Wow, waktu yang sangat lama untuk melamun, pasti sudah banyak yang berhasil sukses aku lamunkan. Mulai dari masalah kenaikan harga cabe, sampai masalah negara yang tidak ada habisnya.
Dering ponsel membuyarkan lamunanku. Aku meraih ponsel yang dari tadi tergeletak diranjang bersamaku, jika ia manusia mungkin ia akan merasa sangat bosan dan berlari meninggalkanku. Sebuah pesan baru, ternyata Rindang, ia memberitahukan sebuah kabar gembira, akhir bulan ia akan berangkat ke Korea untuk mengikuti pertukaran pelajar selama satu semester. Aku ikut bahagia mendengarnya ( iri juga sebenarnya, korea gitu, mana aku ngefans berat ma aktor-aktir Korea~pengen *mukamupeng* ), benar aku benar-benar sangat bahagia. Dengan perasaan sangat senang, aku mengetik sebuah balasan, dengan cepat pastinya, karena aku ingin cepat-cepat mendengar kabar lebih lanjut darinya. Ponselku berdering kembali, dengan tak sabar aku membukanya, bukan dari Rindang, tapi dari Putri ( seorang sahabat yang kutemui saat kuliah ), setelah membaca pesan itu aku benar-benar lemas, seperti petir menyambar disiang bolong. Sebuah kabar yang sangat tidak aku harapkan, salah satu nilai dari mata kuliah yang aku ambil mendapat C, seumur-umur baru kali ini aku mendapat nilai C, meskipun setiap transkrip nilaiku selalu terpampang nilai BC dengan manis. Tapi itu tak terlalu membuat nilaiku jatuh, sedang jika mendapat nilai C pada mata kuliah 3 sks secara otomatis nilaimu akan terjun bebas, tanpa ada parasut yang menjadi penolongnya, dapat ditebak, BOMMM. Kau pasti tewas seketika!
Aku mulai kembali melamun dan lagi-lagi merasa takut, aku mulai membanding-bandingkan SMS dari Rindang dan Putri, berbeda sekali aku dengan Rindang dan lamunanku melompat jauh ke peristiwa lima tahun lalu, ketika itu Kasih, salah satu sahabatku akan pergi ke Amerika untuk pertukaran pelajar selama setahun. Aku, Kasih dan Rindang telah bersahabat sejak bangku SMA. Kami bagai kembar dempet, bisa dibilang kami adalah satu paket. Bahkan untuk urusan ekstrakulikuler, kami memilih satu yang sama. Tapi pada akhirnya kami memang tak bisa selalu bersama, setelah masa SMA usai, aku melanjutkan kuliah di Surabaya, Rindang di Bandung, sementara Kasih harus mengulang bangku SMA setahun lagi karena program pertukaran pelajarnya.
Kasih, dia ibarat ibu bagi kami. Dia yang bertugas untuk mengingatkan kami tentang kesalahan-kesalahan bodoh yang sering kami lakukan. Dia selalu menasehati kami dengan cara yang unik, blak-blakan. Mungkin jika tidak mengenalnya kita pasti akan beranggapan bahwa dia sangat “ JAHAT “. Tapi tidak, dia sangat baik. Dia selalu melindungi kami, tentu saja dengan berbagai caranya yang unik. Anehnya setiap perkataannya begitu mendoktrinku, misalnya saja, “ Ah kamu pasti suka sama si A “. Aku yang awalnya tidak ada perasaan sama sekali dengan A dengan hebat dan ajaib merasakan suatu perasaan yang aneh dengannya, suatu hari. Dia adalah orang yang sangat tegas dan tentu saja blak-blakkan ( kalau boleh jujur, sakit hati juga sich kadang, tapi setelah dipikir-pikir, dia emang seperti itu dan pada akhirnya aku terbiasa ). Misalnya saja, “ Hei kamu kok tambah jelek ma item sich “ hiks, perasaan mana yang tak terluka mendengar perkataan ini, apalagi jika dilontarkan dari mulut teman sendiri? Tapi sekarang, perkataan model apapun darinya, masuk kuping kanan keluar kuping kiri. Karena aku tau, begitulah caranya untuk mengingatkanku, melindungiku dan pastinya menyanyangiku.
Rindang, dia sangat cantik dan pintar pastinya. Hubungan percintaannya semulus jalan tol ( nggak juga dink, kadang dia juga merana akibat cinta ~ hihihi ). Dia si kecil, meskipun tubuhnya bongsor. Tapi meskipun begitu, dia jauh jauuuuhh lebih dewasa jika dibandingkan dengan diriku. Dia selalu mendengarkan semua keluh kesahku tentang orang yang sama selama enam tahun ( kalau Kasih, pasti aku udah ditendang kalau bahas ini :p ), sampai aku benar-benar merasa dia pasti bosan mendengar ceritaku ( tapi meskuipun aku tau ini sangat membosankan, naluriku tak pernah berhenti untuk membuatnya bosan~ jahat kan aku?hahaha ). Dia selalu memberikan nasehat-nasehat yang remaja banget ( kalau Kasih seneng main logika, Rindang lebih senang main perasaan ~ ini pendapatku loo y??? ). Kalau Rindang selalu menenangkanku dengan kesejukan-kesejukannya, Kasih selalu menyadarkanku dari sebuah impian yang tak akan pernah terjadi.
Dua sahabatku ini, benar-benar mengisi semua kekuranganku, merekalah yang menopang aku ketika merasa lelah dan sakit ( terkadang, aku ingin sekali menopang kalian, tapi aku rasa kalian terlalu kuat untuk ku topang ). Tapi mengapa hari ini ada sebuah peraaan aneh yang menjalar dalam hatiku?? Aku merasa benar-benar “ sakit “ dan ketakutan. Apa aku jahat? Tapi aku merasa benar-benar jahat, mereka telah menopangku setiap waktu, tapi mengapa aku harus merasakan perasaan ini? Aku benar-benar merasa sangat tamak dan rakus. Aku menginginkan semuanya, yang aku tau tak akan pernah bisa.
Aku menghubungi Putri, berharap dengan ada seseorang yang mendengar ceritaku, bebanku akan menghilang. Aku menceritakan semuanya, aku menceritakan ketakutanku. Aku menceritakan ketakutanku karena ketidak sempurnaanku. Dan aku menangis. Aku hanya seorang gadis yang penuh dengan kekurangan, nilai pas-pasan wajah pas-pasan semuanya serba pas-pasan, kasarnya tak ada yang bisa dibanggakan dariku. Sedangkan para sahabatku? Bagaimana mereka bisa berteman dengan orang sepertiku? Dan parahnya aku selalu mengeluh, aku selalu menceritakan tentang diriku sendiri. Bahkan aku merasa tak pernah memberi mereka waktu untuk bercerita, karena aku terlalu sibuk dengan permasalahanku, dan maaf karena itu. Aku takut mereka akan meninggalkanku ketika mereka bosan, aku benar-benar tak bisa membayangkan dan aku mulai ketakutan lagi. Aku takut, aku takut melihat pandangan orang-orang terhadap kami, aku begitu takut jika dibandingkan dengan mereka dan aku akan tenggelam. Apalagi ada seorang guru SMA, yang selalu meremehkan kemampuanku. Aku semakin takut.
Aku semakin takut kehilangan mereka, apalagi semenjak kuliah, kami jarang bertemu. Kami terlalu sibuk dengan kehidupan masing-masing. Apakah kami akan berakhir? Aku benar-benar tak ingin kehilangan mereka. Kehilangan sahabat adalah suatu hal yang sangat menyakitkan. Aku pernah mengalaminya, sering. Dan itu menimbulkan luka yang cukup mendalam bagiku. Sewaktu SMP, aku kehilangan banyak sahabat, yah saat itu aku benar-benar menganggap mereka sahabat-sahabatku, aku kehilangan mereka karena berbagai alasan, kekuasaan dan cinta. Apa arti sebuah persahabatan yang sebenarnya bagi mereka? Apakah seorang sahabat hanyalah seseorang yang bisa memberikan sebuah simbiosis mutualisme? Apakah tidak ada ketulusan didalamnya? Dan aku tersadar, mereka bukan sahabat yang aku cari, mereka hanyalah “ teman “ yang singgah dalam hidupku.
Bagiku, seorang sahabat adalah seorang sahabat. Tapi apa benar saat ini aku sudah memperlakukan sahabat-sahabatku dengan baik? Aku juga tak pernah tau dan maaf aku sudah menjadi sahabat yang buruk bagi kalian. Maaf jika kalian harus selalu menopangku, dan aku harap kalian tak pernah lelah, maafkan aku yang begitu jahat memaksa kalian untuk terus meopangku, tapi tanpa kalian aku hanyalah seorang gadis lemah yang penuh dengan ketakutan.
Kembali kedunia nyata ( kira-kira sebulan kemudian ), hari ini Kasih sangat kecewa dan aku sangat memahaminya. Dan lagi-lagi ini akibat kebodohanku, ini semua karena ketakutanku. Aku tau, “ masalah “ ini sudah menjadi bom waktu bagi Kasih, yang pada akhirnya meledak. Aku sangat memakluminya, dan lagi-lagi hanya bisa memaklumi. Karena tak ada yang bisa kulakukan dan kukatakan, aku terlalu takut. Aku meminta pertimbangan pada Rindang karena aku terlalu takut untuk memutuskan sendiri apa yang akan kulakukan. Rindang, dia mengatakan bahwa ini memang kesalahan kami, kami “ mengabaikannya “ tapi bagaimanapun juga dia adalah saudara bagi kami, bagaimanapun orang lain berpendapat. Rindang benar. Akhirnya aku memutuskan untuk menceritakan semuanya, menceritakan mengapa aku seperti ini dan menceritakan tentang ketakutan-ketakutanku. Aku begitu takut tenggelam diantara mereka dan aku begitu takut kehilangan mereka karena kebodohanku. Aku takut mereka bosan mendengar keluhanku, aku menceritakan semuanya. Semua yang membuatku takut. Dan membuatku sedikit lega, tapi anehnya rasa takut itu masih ada, hanya menjadi berbeda alasan. Aku takut mereka berfikiran aku terlalu omong kosong, hiperbolis dan mengarang-ngarang cerita ( banyak sekali yang aku takutkan bukan?! ) tapi memang ini yang kurasakan.
( Mendapatkan balasan dari kalian, membuatku menangis. Aku sangat bersyukur bertemu dengan kalian )
Kasih :
( Kasih apa tak bisa SMS ini kamu kirim lagi, dan tolong sedikit rapikan agar aku bisa menulisnya ulang )
Oke, langsung komentarku saja ya?
Jangan tertawa, itu benar-benar yang aku rasakan saat ini, ketakutan.
Terimakasih untuk tidak berfikiran seperti itu dan terimakasih sudah menjadikan aku yang penuh dengan kekurangan ini sebagai teman baikmu. Kau benar, seharusnya aku menjadikan semua ini sebagai motivasi dalam hidupku untuk menjadi lebih baik dan mewujudkan salah satu impian bodoh kita ( aku akan terus ingat tentang janji bodoh kita untuk pergi ke Italia bersama pasangan kita masing-masing ). Dan maaf untuk fikiranku yang terlalu sempit, apa aku terlalu bodoh? Sepertinya suatu saat aku perlu mandi dengan “ nasehat-nasehatnu “ sebagai pengganti kembang tujuh rupa. Dan sepertinya harus segera dilaksanakan!
Ini yang selalu membuat ku tertawa, jika mengingat semua kisah hidupku. Memang benar seperti sinetron yang akan tetap laku walau sudah 1000 episode. Aku masih ingat ketika aku mulai kehilangan Rindang hanya karena seorang lelaki yanng sebenarnya tak pantas untuk diperebutkan, dan menangis layaknya sinetron didepan ruang TIK. Waktu itu aku benar-benar takut kehilangan Rindang. ( kelak cerita ini layak dijadikan cerita sebelum tidur bagi anak cucu kita, pasti mereka akan sangat terhibur mendengar “ kebodohan-kebodohan “ kita )
Terimakasih untuk nasehatmu,” ini semua gak mudah. Tapi masa depan dan semua yang akan datang jauh lebih penting. Step by step, stand strong. You can do it “
Kasih, satu yang aku kurang setuju, jangan menjadikan sebuah pertemanan sebagai simbiosis mutualisme aku juga tidak terlalu suka dengan perkataanmu “ Itulah gunanya teman. Kalau nggak dimanfaatin buat apa punya teman hayo? “ agak sedikit ada rasa tertikam ketika mendengarnya ( T.T ).
Kasih, ada satu hal yang belum sempat aku ceritakan, ini saat kau berada di Amerika. Aku begitu takut yang pada akhirnya menutupinya dengan sebuah kemarahan. Ingatkah kau ketika, seorang berinisial ARW menjelek-jelekkanku didepanmu. Saat itu aku benar-benar marah, bukan karena dia memutar balikkan fakta, tapi karena dia menjelek-jelekkanku dihadapanmu. Aku begitu takut kamu akan mempercayainya, aku begitu takut penilaianmu akan sama dengannya. Tapi lagi-lagi tak ada yang bisa kulakukan selain menangis ( aku begitu malu ketika menyadari bahwa sebenarnya aku adalah seorang gadis lemah yang selalu menangis, karena selama ini aku selalu berhasil bersembunyi dibalik kemarahanku ).
Rindang :
  1. Aku bukan orang hebat, apapun masih bisa terjadi. Ini gara-gara kampusku kecil jadi banyak kesempatan ( selalu saja mencoba menghiburku. Ini bukan karena ukuran kampus sayang, tapi memang karena kamu pandai dan pantas mendapatkan kesempatan ini. Jangan selalu mencoba menghiburku, aku ingin belajar kuat. Biarlah kalian menjadi motivasiku untuk menjadi lebih baik ).
  2. Kamu nggak bener-bener kehilangan aku, kita masih bisa hubungan lewat telpon atau facebook dkk ( nggak ada yang perlu dikomentari, kita akan tetap menjadi sahabat walaupun salah satu dari kita berada di kutub utara, benar bukan? Maaf untuk pikiranku yang terlalu sempit ).
  3. * Menyebutkan berbagai hal yang “ dianggap “ sebagai kelebihanku * semua orang punya kelebihan kekurangan kesuksesan dan kelebihan masing-masing ( Rindang, ada yang perlu kamu tau, sekarang aku sangat berbeda, tidak seperti dulu. Aku hanya seorang gadis kelas tiga ( yang jelas terjadi akibat kebodohanku dengan memberi label pada diri sendiri yang sebenarnya sangat amat tidak penting ). Lagi-lagi ini karena ketakutanku. Tanpa kalian aku bukan apa-apa, tak ada lagi yang menopangku dan aku harus berdiri sendiri. Ketakutanku semakin bertambah besar, apalagi melihat dunia ini yang ternyata begitu kejam. Semua orang saling menikam, tak ada yang bisa kupercayai. Aku mulai kehilangan kepercayaan diri yang membuatku semakin malas untuk mencari sebuah tantangan baru, seperti apa yang sering kulakukan dulu. Aku jatuh dalam sebuah lubang yang sangat dalam dan tak belum mampu untuk berdiri ).
Rindang meskipun aku terlihat kuat diluarnya, tapi ada yang perlu kalian tau, aku hanyalah seorang gadis rapuh. Berbeda dengan dirimu yang terlihat rapuh, namun sebenarnya kau jauh lebih kuat jika dibandingkan dengan diriku.
Terimakasih, hanya itu yang bisa aku katakan, terimakasih untuk persahabatan ini dan maaf jika aku belum menjadi sahabat yang baik bagi kalian. Ketika kita bersahabat, dan kita merasa takut, bahkan takut yang berlebihan, mengenai kehilangan seseorang. Itulah sahabat. Sahabat akan menerimamu apa adanya, walaupun kau hanya seonggok tubuh dengan banyak kekurangan ( aku belajar ini dari kalian yang mau menerimaku apa adanya, terimakasih ).
Sahabat itu, apabila kau tak bisa bernafas tanpanya, karena dia adalah sebagian dari hidupmu. Karena ketika kau memutuskan untuk bersahabat dengan seseorang, secara tidak langsung, kau akan memberikan separuh dari jiwamu tanpa diminta. Sahabat itu, adalah sebuah ketulusan hati yang tak akan pernah tergantikan dengan imbalan apapun.
Untuk sahabat-sahabat yang selalu menyanyangiku
Love
repost from Sahabat Itu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar