Kamis, 03 April 2014

TRESNO ( Witing Tresno Jalaran Soko Kulino )



PROLOG
Takdir seseorang telah ditulis dengan sangat jelas
Jadi meskipun kau berlari terlalu jauh, jangan pernah takut tersesat
Karena akan selalu ada jalan yang kan membawamu pulang

Menolak perintah atau permintaan ibu adalah hal yang paling aku hindari, seperti saat ini. Beliau sedang drop karena penyakit jantung yang dideritanya, dan tanpa berfikir panjang. Aku langsung saja mengiyakan ketika untuk kesekian kalinya ibu memintaku menikah dengan Raras, tetanggaku, teman masa kecilku yang entah mengapa menjadi musuh ketika kami beranjak dewasa dan entah mengapa pula tanpa alasan yang jelas ibu dan bapak begitu menyukai perempuan ini.
Witing tresno jalaran soko kulino ( cinta tumbuh karena terbiasa ), selalu ibu ucapkan ketika aku mulai menolak permintaannya untuk menikahi Raras. Hingga hari inipun tiba, dan aku tak kuasa untuk menolak permintaan ibu. Berharap pepatah Jawa itu akan terjadi pada pernikahan kami.
Dan Raras? Perempuan itu nampak begitu tenang meskipun mendengar kami akan segera menikah. Seperti biasanya, aku tak pernah tau jalan fikirannya.
“ Apa semenakutkan itu pernikahan bagimu? “ sindir Raras, melihat mukaku yang terlihat frustasi.
“ Kita hanya akan ijab qobul, dan setelah itu terserah kamu mau melakukan apa “ mendengar pernyataannya, sontak aku kaget.
“ Apa seremeh itu pernikahan bagimu? “ tanyaku sarkatis, dan dia hanya tersenyum sinis.
“ Ini bukan abad kompeni, dan kita sudah sama-sama dewasa “ lagi-lagi jawabannya terdengar enteng ditelingaku.
“ Ingat kita tidak saling cinta “ Aku mencoba mengingatkan kegilaannya.
“ Cinta?? “ dia tertawa sinis “ Tresno, ini bukan jaman Romeo dan Juliet, nggak ada yang namanya cinta “ Raras beranjak dari duduknya, “ Penuhi saja keinginan ibumu “
" Kalau begitu tolak pernikahan itu untukku, aku sudah punya pacar dan aku sangat mencintainya "
" Bukan aku yang meminta atau menerima pertunangan ini, lagipula apa perduliku dengan hidupmu? " tanyanya mengejek.
“ Lalu bagaimana denganmu? Kamu akan mengorbankan hidupmu untuk menikah denganku “ aku berteriak frustasi, tak tau lagi apa yang harus kulakukan.
“ Hidupku nggak akan berakhir hanya karena menikah denganmu dan pernikahan, aku nggak perduli dengan hal itu “ jawabnya lagi-lagi tanpa beban, akhirnya ia meninggalkanku sendirian di lorong rumah sakit yang mulai gelap dengan beribu fikiran yang berkecamuk dihati. Raras, tak ada pilihan lain, aku benar-benar harus belajar mencintai perempuan gila ini.


Sub-bab :

“Jika memang aku yang telah memaksamu meminum racun kebencian, maka ijinkanlah aku mengobatinya. Biarlah cinta yang kupunya menjadi penawar racun yang telah kau tengak "

“ Mungkin bagimu pernikahan hanyalah sebuah kontrak yang menyangkut masalah uang, keturunan dan keluarga. Tapi bagiku, pernikahanlah yang telah memperkenalkanku padamu, menyatukan kita dan terimakasih untuk kata “ ya “ yang terucap dari bibirmu, meskipun sebenarnya itu tak berarti bagimu “

MASA LALU 

“ Jika aku tak melakukan kebodohan – kebodohan di masa lalu kita, akankah detik ini kita dapat bersama. Kebodohanku adalah takdir Tuhan yang ditulis untuk mempersatukan kita “

RUMAH TANGGA
 
“ Dari sini, ketika aku belajar untuk mencintaimu, aku berharap kau juga mau belajar mencintaiku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar