Senin, 31 Juli 2017

Cinta Itu

Bagiku cinta itu bukan sekedar debaran dalam dada, yang bila sehari tak bertemu rasanya seperti ingin meledak

Bagiku cinta itu bukan sekedar hasrat ingin selalu bersama, dengan peluk dan cium dalam setiap kesempatannya

Bagiku cinta itu bukan hanya sekedar kau milikku dan aku milikmu

Cinta itu, adalah ketika kau menemukan sebuah rumah tempatmu pulang dari lelahnya perjalanan mudamu

Cinta itu, adalah ketika dalam setiap doa, kusenandungkan namamu, hanya aku dan Tuhan yang tau

Cinta itu kamu . . .

Rumah, yang selalu kupinta pada Tuhan, untuk jadi tempatku pulang

Sabtu, 15 Juli 2017

Minggu Pagi (I)

 Hari ini bukan pertama kalinya wanita angkuh itu melemparkan berkas pekerjaanku tepat di depan mukaku. Mungkin ini sudah keseratus kalinya, mungkin juga lebih,  sejak setahun lalu aku menginjakkan kaki diperusahan ini. Di hadapannya, kesalahan kecil dalam sebuah pekerjaan, benar-benar tak bisa dimaafkan. Tapi aku tak bisa benar-benar membencinya, aroma citrus dari tubuhnya, benar-benar memabukkanku. Syarafku seolah mati karenanya.
Lalu apa yang harusnya kulakukan?
“ Apa ? Kamu menanyakan apa yang harus kamu lakukan? Kamu dibayar mahal bukan untuk menambah bebanku dengan bertanya apa yang harus kamu lakukan !
Maaf, aku akan perbaiki lagi konsep ini, sebelum makan siang, aku jamin sudah ada di mejamu “ aku memutuskan untuk pergi dari ruangannya ketika yakin sudah tak ada respon yang ingin diberikannya.
Bara, tolong bekerjalah yang benar, jangan membuatku terpaksa memecatmu “ dia, mendesah dengan kesal sebelum aku benar-benar menghilang dari ruangannya.
Namanya Migi, kudengar kedua orang tuanya menamainya Minggu Pagi karena berharap anak mereka akan menjadi gadis ceria yang hangat, seperti matahari di Minggu Pagi. Tapi Migi ini berbeda, tak seperti Minggu Pagi yang hangat, siapa yang berdekatan dengannya, bisa saja terbakar.
***
Kenapa lu nggak ngajuin surat pengunduran diri aja sih?dijadiin babu sama perawan tua itu aja mau
Gue yang dimarahi, kenapa lu yang sewot?
Lu suka ya sama perawan tua itu? “ Reno, dia benar-benar mengenalku luar dalam.
Sakit lu, selera lu unik, besi karatan! “ Reno memakiku kesal, setelah melihat responku yang hanya tersenyum tipis
Ya aku menyukainya, aku menyukai Minggu Pagi. Sejak pertama kali aku menginjakkan kaki di perusahaan ini. Bukan, bahkan sejak pertama kali aku melihatnya menangis. Dia tak sekuat itu, dia hanya seorang wanita rapuh, yang butuh topangan.
***
Sudah dua jam aku menunggu Lani di coffee shop ini, tapi gadis kecil itu tak kunjung datang.
Pandanganku berkeliling ruangan, bosan, mencari apa yang bisa ku lihat dan perhatikan. Atau mungkin ada seorang gadis yang sedang duduk sendiri dan aku bisa menghampirinya. Namun, malah dua sosok wanita pria itu benar-benar menarik mataku. Wanita itu memandang sosok dihadapannya dengan dingin, sementara sang Pria, aku tau, dia begitu sangat marah. Mukanya merah padam menahan amarah.
Mari kita berpisah “ wanita itu berkata dengan dingin
Berpisah? Satu bulan lagi kita menikah dan kamu bilang berpisah? “ Pria itu nampak tak terima.
Biar semuanya aku yang urus, kamu tinggal bilang iya, dan aku akan tanggung semuanya “ wanita itu masih begitu tenang.
Sekarang kamu benar-benar gila, tidak, sejak awal aku memang tau kamu gila, tapi aku benar-benar tak menyangka kamu segila ini. Ibuku bisa kena serangan jantung jika tau kita berpisah! “ Pria itu mulai berteriak, hingga seisi coffee shop menatap ke arah mereka.
Apa kamu lebih senang aku bilang ke Ibumu kalau anak kesayangannya menghamili perempuan lain tepat sebelum pernikahannya? Aku yakin, ibumu bahkan bisa mati ditempat. Apakah kamu ingin menggantikan pesta pernikahan kita dengan pesta pemakaman ibumu
Kamu Gila, kamu menyumpahi Ibuku meninggal?!
Maka dari itu, mari kita berpisah baik-baik
Baik, mari kita berpisah kalau memang itu maumu “ dengan geram pria itu beranjak dari duduknya, tapi sebelum meninggalkan wanita yang aku sangat yakin adalah kekasihnya, ia menyiramkan air putih tepat ke wajah wanita itu. Dan wanita itu, dia bahkan tak berusaha menghindarinya.

Bang, sorry, Lani ada kelas pengganti mendadak, ketemu di rumah aja nanti

Lani tiba-tiba mengirimiku pesan via WhatsApp. Kenapa baru sekarang dia mengatakannya, padahal aku sudah dua jam menunggunya. Gadis manja itu benar-benar keterlaluan, bagaimana bisa dia mengabaikanku selama dua jam dan akhirnya membatalkan janji. Mungkin ini karena ibu terlalu memanjakannya. Tanpa buang waktu, aku segera mengemasi semua barang-barangku dan beranjak pergi dari coffee shop ini, aku mencuri pandang sekali lagi ke arah wanita itu, dia terlihat basah kuyup, ekspresinya datar, namun aku bisa melihat dengan sangat jelas ada yang mengalir dari kedua matanya.
***
 “ Hai . . . “ Migi, seperti perkiraanku, Minggu Pagi selalu pulang tepat pukul 9 malam. Berpapasan dengannya di lift seperti ini, adalah kesengajaan yang seringkali aku buat. Wanita itu bahkan tak menjawab sapaanku, dia tetap memejamkan matanya. Aroma tubuhnya, lagi-lagi memukul tepat di sarafku.
Kenapa kamu selalu pulang selarut ini? “ aku mencoba berbasa-basi, namun lagi-lagi dia mengacuhkanku.
Migi, tak bisakah kamu menjawab pertanyaanku walau itu hanya sekedar basa-basi? “ kali ini aku benar-benar merasa kesal.
Bara, berapa usiamu saat ini? “ Migi akhirnya membuka mulutnya dan bersuara, namun matanya masih terpejam.
Dua Puluh Delapan “ jawabku gugup
Oh ternyata kamu tiga tahun lebih muda dariku, namun aku yakin kamu sudah terlalu tua untuk tau seorang wanita berminat denganmu atau tidak “ Migi membuka matanya, dia menatapku dengan pandangan meremehkan.
Maksudmu apa?
Jangan melihat ke arahku, karena aku tak akan pernah melihat ke arahmu
Apakah kamu sedang menolakku? Aku bahkan tak berkata menyukaimu, aku tau kamu wanita angkuh, tapi aku tak menyangka kamu se percaya diri itu mengatakan aku menyukaimu
Apakah kamu benar-benar tak menyukaiku? “ Migi mendekat ke arahku, wajah kami hanya berjarak beberapa centi. Aku benar-benar bisa mencium aroma tubuhnya “ Lalu mengapa kamu menutup matamu? “ bodoh, kenapa kamu harus menutup mata.
Bara, aku mohon, jangan melihat ke arahku lagi, atau ini hanya akan menjadi sulit untuk kita berdua “ Lift membuka di lantai basement dan Minggu Pagi, meninggalkanku sendiri yang masih mematung tak bisa berkata atau berbuat apa-apa.