I Hate April Mop, dia mencuri cinta pertamaku
Aku
bertemu dengannya sekitar lima tahun yang lalu, tidak pernah berpikir
bahwa aku akan benar-benar menyukainya dan tak pernah berpikir bahwa dia
akan benar-benar membuatku terluka. Hari itu, aku melihatnya pertama
kali. Sepulang sekolah, dia dengan seragam SMU-nya duduk bergerombol
dengan teman-temannya di taman dekat sekolahku, kala itu aku masih duduk
di kelas 3 SMP. Mata kami beradu, layaknya dalam adegan sebuah film dia
tersenyum begitu pula denganku. Dan hari itupun berakhir tanpa suatu
hal yang berarti.
Beberapa hari kemudian, aku lupa tepatnya,
beberapa teman perempuan sekelasku dihebohkan dengan kenalan baru
mereka. Mereka tertawa-tawa membicarakan anak SMU itu, saat itu aku
belum sadar kalau dia yang sedang mereka bicarakan. Hingga seorang teman
menyodorkan sebuah nomor handphone didepannku. Aku mengerutkan kening,
tak tau maksud dari temanku, tapi aku tetap mengambil nomor itu yang
hanya aku tau adalah nomor handphone dari salah satu anak SMU. Sepulang
sekolah, aku memberanikan diri untuk mengirimkan sebuah SMS, dan tak
pernah berharap dia akan membalasnya. Tapi dia merespon, dia membalas
SMS-ku dan tidak terlalu susah untuk kami menjadi dekat.
Aku mulai
sedikit berharap mungkin dia adalah soulmateku, akhirnya aku
menemukannya sorakku dalam hati kala itu, setelah lima belas tahun dalam
hidupku menjomblo ( status yang dianggap mengerikan bagi ABG sepertiku
) aku diberi kesempatan untuk bertemu dengannya. Dari hari kehari
kamipun semakin dekat, dia semakin sering datang ketaman dekat
sekolahku, tapi kami tak pernah saling menyapa, kami hanya saling
melempar pandang dan tersenyum. Akhirnya sebuah tanya menggelayut
dipundakku, apakah dia juga sudah mulai menyukaiku? Entahlah, mungkin
ini hanya rasa GR-ku yang terlalu berlebihan dan aku menepis rasa itu
jauh-jauh, takut terjatuh.
Aku mulai melambung tinggi ketika salah
seorang teman memberi tahuku, bahwa dia sering menanyakanku, mulai dari
kabar sampai status hubunganku. Siapa yang tidak senang kalau orang
yang kita harapkan untuk menyukai kita ternyata menanyakan hal-hal
tentang kita? Aku hanya tersipu, dan tak pernah mau mengaku bahwa aku
sangat senang. Ya, aku senang sekali saat itu. Dan anganku melambung
semakin tinggi.
Suatu malam, seperti biasanya kami saling mengirim
SMS, hingga akhirnya kami sepakat untuk jalan. Jujur, saat itu aku
senang bukan main, dadaku berdebar dan aku mulai tak bisa tidur. Wow,
ini dia yang kutunggu-tunggu, akhirnya aku bisa merasakan jalan berdua
dengan seseorang cowok yang bukan saudaraku. Bisa dikatakan ini first
dateku, well aku menganggapnya seperti itu dan tak pernah tau dia
menganggapnya seperti apa. Aku juga tak pernah tau ini akan menjadi yang
pertama dan terakhir bagi kami. Hari itupun tiba, aku merasa sangat
canggung, apa yang harus aku lakukan? Teori-teoriku yang selama ini aku
sarankan untuk teman-temanku ternyata tak sedikitpun membantu, aku
nampak seperti orang bodoh dan akhirnya inipun berakhir dengan kesan
bodoh yang berhasil aku tancapkan dibenaknya. Well, aku sangat malu tiap
kali mengingat peristiwa ini, lupakan. Berita cepat sekali menyebar,
keesokan harinya seantero sekolah menanyakan kebenarannya dan aku hanya
tersenyum tak mengiyakan ataupun menyanggah. Hatiku yang melambung
tinggi, dihempaskan begitu saja ke bumi ketika seorang teman juga
menceritakan pengalaman “ jalan barengnya “ bersama dia. Ternyata bukan
hanya aku, tololnya aku yang berharap ada sesuatu hal yang special
diantara kami. Perlu dicatat, ternyata dia ramah dengan semua gadis.
Akhirnya aku memupus harapanku untuk cintanya.
Tanggal 1 April
tiba, karena aku merasa kami sudah cukup dekat, dan dia akan memaklumi
semua tindakan isengku, aku mengirimkan sebuah SMS dalam rangka April
Mop, sebuah SMS pengakuan perasaan cintaku padanya dan tanpa disadari
dia begitu merespon. Aku tertawa membaca tiap balasannya, membayangkan
bagaimana terkejutnya dia saat itu dan tak pernah berpikir bahwa ini
adalah awal dari keretakan hubungan kami. Disekolah, aku menceritakannya
pada sahabat-sahabatku, berharap mereka juga akan ikut tertawa tapi
yang terjadi sebaliknya mereka malah memarahiku habis-habisan. Akupun
mulai merasa bersalah, ketakutan. Aku takut jika dia marah setelah aku
mengakui semuanya seperti apa yang telah diprediksikan teman-temanku.
Tapi aku harus berani mengakuinya, aku harus mempertanggungjawabkan apa
yang telah aku perbuat. Apa yang kutakutkan terjadi, dia marah,
sebenarnya dia tak pernah bilang bahwa dia marah, tapi aku tau dia
marah, kecewa mungkin? Entahlah.
Dan semuanya menjadi awal dari “
penderitaanku “. SMS dari seorang kawannya yang berisi kemarahannya
padaku. Hubungan kami yang tak berjalan seperti biasanya. Ketidak
perduliannya atas diriku dan permintaan maafku. Membuatku semakin merasa
bersalah. Ditambah dia tak pernah mencoba menjelaskan apa yang
sebenarnya terjadi meskipun aku berkali-kali memintanya untuk
menjelaskannya. Dia tak pernah berkata apa yang membuatnya seperti ini,
dia juga tak pernah berkata bahwa dia tak marah denganku, dan dia tak
pernah berkata bahwa dia memaafkanku. Diamnya benar-benar menyakitiku.
Ini
semua belum berakhir, tahun pelajaran barupun tiba. Aku bersekolah di
tempat yang sama dimana ia bersekolah. Awal SMU-ku adalah hal terburuk
bagiku, semua mata mencibir. Dan “ booommm” gosip kembali beredar,
dikalangan kakak kelas namaku sudah sangat buruk. Tapi terserah, aku toh
tak seperti apa yang mereka bicarakan. Semuanya memuncak ketika aku
mendengar kabar bahwa dia telah berpacaran dengan musuhku, musuh
bebuyutanku. Kenapa semuanya begitu kebetulan? Apa tak ada perempuan
lain yang bisa dia pacari selain musuh bebuyutanku?
Setiap kami
berpapasan dan mata kami beradu, seolah ada sebilah pisau yang menancap
ke jantungku. Aku benar-benar merasa sakit, bercampur rasa penasaran.
Apa yang sebenarnya membuatku harus menerima semua ini? Apa kesalahanku?
Sampai sekarangpun dia tak pernah bicara, padahal aku sangat
mengharapkan sebuah penjelasan darinya. Sampai saat inipun meskipun aku
mengaku bahwa aku telah memaafkannya atas apa yang telah ia lakukan,
namun tiap kali aku bertemu dengannya, jantung ini masih terasa nyeri
luar biasa seperti ditikam sebilah pisau. Ya, aku manusia biasa.
Ternyata rasa sakit ini masih tersisa walaupun telah lima tahun
berlalu.
Apapun yang sebenarnya terjadi pada saat itu,
terimakasih untuk semuanya. Terimakasih sudah membuatku menjadi lebih
dewasa. Terimakasih atas rasa cinta dan kebencian ini. Terimakasih telah
mau mengisi salah satu halaman kisah cintaku. Dan aku tak akan pernah
menyesal karena pernah mencintai dan pernah bertemu denganmu. Aku tak
akan pernah menyesal karena berharap bahwa dirimu adalah soulmateku.
Terimakasih untuk lolipop kehidupan yang telah kamu berikan untukku,
rasa manis dan asamnya lebih berharga dari sekedar kisah cinta anak
remaja kebanyakan. Karnamu aku belajar mencinta, karnamu aku belajar
berdiri ketika terjatuh dan karnamu aku belajar untuk tersenyum kembali
ketika menangis, dan aku akan selalu mengingatmu karena dirimu adalah
halaman awal lembar kisah cintaku,my first love DP. Dan sejak saat itu
aku membenci tanggal 1 April, karena telah mencuri cinta pertamaku.