Minggu, 13 November 2016

Musik Ramah, Untuk Anak Indonesia



Mungkin bisa dikatakan ini pertama kalinya aku keluar dari zona nyaman penulisan fiksi atau puisi yang biasanya kutulis. Secara bagi mahasiswi komunikasi yang mendapatkan nilai B pada mata kuliah Dasar Jurnalistik, terutama mahasiswi yang suka berada dalam dunia mimpi sepertiku, fiksi adalah pelarian terbaik, kamu bisa hidup di dunia yang kamu ciptakan, menggapai semua yang kamu inginkan dan membuang jauh semua apa yang kamu benci dan tak ingin terjadi dalam hidupmu.
Dan minggu ini, mungkin pertama kalinya aku bisa menjawab challenge dari #mendadakNgeBlog (maafkan remahan rempeyek ini yang dari dua minggu lalu tak sempat menjawab challenge dari maha guru sekalian), tema yang diambil minggu ini adalah #MenyelamatkanMusikIndonesia.

***

Menjadi anak yang lahir dan besar tahun 90-an, membuatku sangat bersyukur. Jika memutar kembali ingatan ke masa itu, senyum simpul selalu tersungging dan argh, rasanya ingin kembali di masa itu, dimana masalah terbesar adalah tayangan tinju di minggu pagi yang membuat acara cartoon favorit tidak tayang. Dan sumpah, itu benar-benar MENYEBALKAN!!
Tidak hanya itu, luka di kaki yang didapat karena bermain kejar-kejaran yang tak sembuh selama seminggu dan menimbulkan bekas, bahkan tak membuat anak-anak pada jaman itu menjadi jera untuk bermain kejar-kejaran lagi. Dan sumpah, berlari mengejar teman di tengah terik matahari itu benar-benar MENYENANGKAN!! Bahkan sama menyenangkannya saat kamu mengejar gebetan dan ternyata si gebetan juga memiliki perasaan yang sama #eh

 https://www.brilio.net/selebritis/trio-kwek-kwek-reuni-fotonya-bikin-heboh-kamu-pangling-nggak-160216n.html

Jika berbicara dan mengenang masa kecil di tahun 90-an, ada banyak hal kecil yang sudah bisa membuat kita bahagia, contohnya saja cartoon di Minggu pagi, bermain di lapangan bersama teman-teman dan membeli kaset terbaru dari penyanyi cilik idola. Tahun 90-an tak bisa dijauhkan dari banyaknya penyanyi cilik yang pada saat itu sedang tenar-tenarnya, sebut saja Trio Kwek-Kwek (dengan Alfandy , yang menurut Tita Kecil, adalah cowok paling ganteng seantero jagat raya), Joshua, Sherina (yang gara-gara film Petualangan Sherina Tita Kecil jadi seneng banget sama yang namanya permen chacha dan selalu bawa permen ini kemanapun dia pergi), Tasya (dan masih banyak yang lainnya yang kalau disebutin satu-satu, bisa jadi panjang kali lebar kali tinggi) dan bahkan saat itu ada boneka kecil lucu yang bisa bernyanyi yang ketenarannya bisa mengalahkan penyanyi kecil pada masa itu, Suzan.
Penyanyi-penyanyi cilik ini tampil apa adanya dan benar-benar terlihat seperti usia mereka. Tak ada make up tebal, tak ada penampilan yang berlebihan. Lirik yang diangkat pun sangat sederhana, sebagian besar adalah mengenai kehidupan sehari-hari yang kita alami, bisa tentang tukang bakso yang sering lewat didepan rumah, tentang kasih sayang seorang ibu dan bahkan tentang cita-cita yang ingin diterbangkan setinggi langit. Sederhana memang, tapi mengena. Tak ada lirik tentang cinta-cintaan. Tak ada lirik yang tak sesuai dengan usia kita. Tapi meskipun demikian, bisa dikatakan hingga saat ini, lagu-lagu itu terus terngiang di ingatan kita semua, terutama anak-anak tahun 90-an.


https://id.wikipedia.org/wiki/Andai_Aku_Besar_Nanti

Salah satu penyanyi favoritku adalah Sherina, dimana dalam album Andai Aku Besar Nanti, musik dan lirik dalam lagu ini menurutku sangat cerdas. Hampir semua lagu di Album ini sangat ramah untuk telinga, baik secara music maupun lirik. Dan mau tak mau mengakui, aku mengenal rasa galau, sejak mendengar lagu “ Andai Aku Besar Nanti ”, bukan galau karena cinta, tapi galau karena ingin segera membahagiakan kedua orang tua. Rasanya sampai saat ini masih terasa sama jika mendengarkan lagu ini, dimana sejak kecil kita sudah berandai-andai untuk menjadi dewasa dan membahagiakan kedua orang tua, namun yang terjadi sampai detik ini bukannya membahagiakan kedua orang tua, tapi malah masih saja merepotkan dan membuat kedua orang tua khawatir.
Mengingat masa kecil tahun 90-an, dan membandingkannya dengan anak-anak kecil masa ini. Membuatku merasa sangat miris, dari semua sisi, anak-anak kecil saat ini sangat merugi. Mereka besar ditemani dengan gadget hingga mereka tak tahu bagaimana asyiknya berlari menghindari bola dalam permainan bak boy dan benteng, mereka tak tau bagaimana bermain strategi, kecepatan dan kerjasama tim dalam permainan bak boo atau yang lebih dikenal dengan go back so door.
Untuk musik, tak ada lagu yang cocok dengan usia mereka yang dapat telinga mereka konsumsi. Tak ada lagu-lagu dengan lirik ramah yang dapat memuaskan telinga mereka. Telinga mereka “diperkosa” untuk mendengar lagu-lagu cinta ala remaja. Setiap hari dijejali dengan lagu-lagu cinta ala remaja, membuat fikiran mereka cenderung dewasa sebelum waktunya. Membuat pacaran di usia anak, menjadi biasa.
Mungkin aku memang tak pandai dalam merangkai not balok untuk menjadi sebuah musik. Tapi tak ada salahnya jika aku berharap, ada pemusik handal, yang mulai peduli dengan anak-anak Indonesia dan menciptakan musik-musik berkualitas sesuai dengan usia mereka.
Ciptakan Musik Berkualitas sesuai umur anak-anak Indonesia.
Mari Selamatkan Musik Indonesia, Mari Selamatkan Generasi Penerus Bangsa.

***

Andai aku t'lah dewasa
Apa yang 'kan kukatakan
Untukmu idolaku tersayang
Ayah... Oh...
Andai usiaku berubah
Kubalas cintamu bunda
Pelitaku, penerang jiwaku
Dalam setiap waktu
Oh... Kutahu kau berharap dalam doamu
Kutahu kau berjaga dalam langkahku
Kutahu s'lalu cinta dalam senyummu
Oh Tuhan, Kau kupinta bahagiakan mereka sepertiku
Andai aku t'lah dewasa
Ingin aku persembahkan
Semurni cintamu, setulus kasih sayangmu
Kau s'lalu kucinta
Andai usiaku berubah
Kubalas cintamu bunda
Pelitaku, penerang jiwaku
Dalam setiap waktu
Oh... Kutahu kau berharap dalam doamu
Kutahu kau berjaga dalam langkahku
Kutahu s'lalu cinta dalam senyummu
Oh Tuhan, Kau kupinta bahagiakan mereka sepertiku
Andai aku t'lah dewasa
Ingin aku persembahkan
Semurni cintamu, setulus kasih sayangmu
Kau s'lalu kucinta