Berbuatlah
Baik, Maka Kebaikan yang akan Menghampirimu
Namanya
Sulin, kakak perempuanku senang sekali bercerita tentangnya. Meskipun hanya
mendengarnya lewat cerita kakak, aku merasa sangat iri dengan bocah ini. Bukan
karena dia kaya harta atau pernah bertemu dengan bintang K-Pop idolaku. Dia
hanya memiliki hati yang begitu baik yang entah darimana asalnya, yang
menurutku belum tentu dimiliki oleh orang sepertiku, bukankah selalu ada sisi
setan di samping sisi malaikat? Itulah manusia.
Usianya
baru berkisar antara 12 - 13 tahun, jika dilihat sebenarnya dia tak berbeda
dengan anak kecil kebanyakan. Masih suka bermain dan berbicara celometan, tanpa
memikirkan bagaimana kejamnya dunia.
Sulin,
meskipun dia sudah duduk di bangku kelas lima ( atau enam aku juga kurang tahu
), dia masih belum bisa membaca. Padahal dia juga pergi kesekolah tiap pagi dan
pulang menjelang siang. Tapi mengapa selama beberapa tahun bersekolah dia masih
belum bisa membaca? Dan kakak perempuanku, memiliki keinginan untuk
mengajarinya membaca. Agar setidaknya dia bisa membaca, agar tidak kena tipu
kanan kiri. Bukankah begitu cara kerja dunia ini? melibas siapa saja yang
lemah.
Tapi
apa yang dikatakannya?
“
Terus kalau kamu tidak belajar membaca, bagaimana dengan sekolahmu? “ kakakku
bertanya padanya, dihari biasanya kakakku memberi les gratis bagi anak-anak
didesanya.
“
Aku tidak meneruskan sekolah Mbak, lebih baik aku bekerja. Membantu mencari
nafkah untuk keluarga “ kejam kan dunia ini? Bocah kecil saja sudah harus
memikirkan bagaimana cara mencari nafkah, bukankah seharusnya mereka bermain
bersama teman-temannya?
“
Kamu mau bekerja apa? Saat ini, untuk lulusan SD sangat sulit mencari kerjaan,
apalagi kamu tidak bisa membaca “ kakakku berusaha mengingatkan, bukan
bermaksud kejam dengan kata-kata yang dilontarkannya. Tapi seharusnya ada yang
memberitahunya kalau dunia ini lebih kejam bagi orang-orang yang tidak memiliki
bekal.
“
Aku bisa berternak ayam atau kalau tidak mengembalakan kambing. Setidaknya itu
bisa menghasilkan uang “ fikirannya begitu sederhana, layaknya bocah.
“
Tapi kamu bisa kena tipu kalau tidak bisa membaca, setidaknya belajarlah
membaca dan berhitung “
“
Otakku terlalu bodoh untuk menerima pelajaran itu. Tapi aku percaya Mbak, selama aku berbuat baik, maka orang-orang
juga akan memperlakukanku dengan baik “
Kakakku
hanya tersenyum, mendengar celoteh polosnya.
Bagaimana
bocah kecil ini bisa berfikiran seperti itu?
Jika
dia berbuat baik, maka orang akan memperlakukannya dengan baik.
Bukankah
seharusnya kita berfikir, kita hanya akan berlaku baik, pada orang-orang yang
memperlakukan kita dengan baik?
Tapi
aku mulai menyadari apa yang dikatakan bocah ini, jika semua orang berfikiran
seperti aku, siapa yang akan mengawali perbuatan baik di dunia ini?
Jika
kamu berbuat baik, maka orang-orang kebanyakan yang berfikir seperti aku, akan
memperlakukanmu dengan baik. Itulah cara kerja yang sebenarnya.
Lalu,
bukankah lebih baik kita memperlakukan orang dengan baik terlebih dahulu
sebelum kita diperlakukan lebih baik?
Bukankah
selain kejam dunia ini juga menerapkan sistem tarik menarik, yang sampai
sekarang masih menjadi rahasia alam. Apa yang kita tanam adalah apa yang akan
kita petik nantinya.
Jadi
aku mulai berusaha menerapkan apa yang dikatakan Sulin, berbuatlah baik jika
kamu ingin diperlakukan secara baik. Biarkan dunia ini yang menarik secara
otomatis kebaikan ke arahmu, jangan pernah menunggu untuk berbuat baik. Karena
ketika kita tidak mengawalinya, maka dunia ini hanya akan dipenuhi orang-orang
yang menunggu untuk diperlakukan secara baik. Yang menyebabkan kematian
kebaikan pada akhirnya.